Sabtu, 28 Mei 2011

Apa MAKNA dari MILITANSI ??


Seorang sahabat bertanya :
Apa arti dari MILITANSI??
Apa UKURAN MILITANSI itu??
Apakah ia SELALU PENUH dengan BEBAN AMANAH??

Bismillah,,
    Hmmf, Subhanallah. Membacanya ana langsung menarik nafas panjang dan tersenyum. Luar biasa orang ini, secara proses marhalah dakwah beliau adalah orang yang insya Allah istiqomah dalam menjalankan amanah.  Ada pancaran ruhiyah dan kekuatan tarbiyah. Tak pernah ana mendapatkan pertanyaan seperti itu. Ana bukan kaderisasi kampus ataupun orang penting ditataran Universitas, tapi insya Allah ana cukup dekat dan mengenal dengan saudara-saudara ana, seperjuangan di sini.

MAKNA MILITANSI ?
      Dalam kamus Bahasa Inggris, Militancy memiliki arti; semangat baja atau semangat berjuang. Imam Hasan Al Banna mengatakan bahwa semangat berharokah adalah keniscayaan dalam berdakwah dan merupakan penggerak cita-cita. Semangatlah yang menggerakan jasad kita untuk tetap berharokah dan beramal.
      Militansi merupakan hasil dari kristalisasi idiologi, dia menjadi obsesi yang melebur bersama mimpi seorang jundi (weis,,catet,,). Militansi adalah kemampuan mengkomparasikan seluruh pikir, sikap dan gerak hanya untuk memperjuangkan ide dan prinsip islam. Sehingga seluruh elemen ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah terfokus pada satu azzam, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah rabb semesta alam.
        Militansi merupakan wujud dari konsistensi dan komitmen seorang jundi atau kader dakwah. Seberapa besar kita bertahan dalam dakwah ini, seberapa besar kita dapat bertanggung jawab dalam janji-janji kita sebagai seorang muslim dan seberapa besar pula kita semangat untuk tetap mengharap ridho-Nya. Ridho Allah ‘azza wa jalla, Rabb penggenggam ruh manusia.

UKURAN ?
        Militansi TIDAK diukur dari besar dan banyaknya amanah, tidak pula di ukur dari banyaknya seorang jundi mengikuti sebuah organisasi. Ukuran militansi itu sejauh mana keikhlasan, kejujuran yang ada pada diri aseorang jundi atau kader dakwah. Keteguhan untuk melaksanakn tugas sebagai seorang muslim dengan sebaik-baiknya. Serta kesiapan melangkah bersama jama’ah dakwah. Kita bisa berkaca pada apa yang telah dilakukan oleh para sahabat dan sohabiah. Para generasi terbaik islam, para muasis dakwah kita.  Allahu Akbar!

BANYAK AMANAH ?
       Militansi tidak berarti memikul sebanyak-banyaknya amanah. Tetapi melaksanakan amanah yang sudah ada dengan TUNTAS. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman ; 

“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya…
Q.S Al-Mu’minun [23] : 8.

       Sehingga, profesionalisme dalam mengemban dan menjalankan amanah merupakan hal yang harus dilakukan. Artinya beban yang diberikan harus sesuai dengan daya pikul kader dan asas pemberdayaan kader secara adil dan merata. Allah ‘azza wa jalla berfirman ;
“Berangkatlah kamu, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu dijalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui..” Q.S At Taubah [9] : 41
       Tidak perlulah kita mencari amanah, atau merasa bangga dengan amanah yang sudah kita emban saat ini. Terkadang kita sendirilah yang dibutakan oleh amanah itu. Mari recovery niat dan semangat kita. Sehingga tidak ada lagi “kader-kader zombi”, TIDAK ada lagi kader dakwah yang berjalan tanpa ruh dan semangat.

SELAMAT MEMPERTEGUH KOMITMEN PADA KEBENARAN dan KEADILAN. BANGKITKAN SEMANGATMU! TUNJUKKAN KOMITMEN MUSLIMMU!!.
Orang yang tidak memiliki militansi adalah mayat! 

Oleh : Agus Supriyadi

Jamaah dan Kader Dakwah

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.(Q.S Ali Imron : 146)

      Setiap organisasi, jamaah, suatu perkumpulan atau suatu komunitas tidak bisa lepas dari yang namanya kader. Tidak bisa disebut jamaah atau komunitas kalau hanya ada seorang pimpinan tanpa ada pengikut (kader). Sebagus apapun seorang pimpinan, jika ia tidak memiliki kader-kader yang handal dan militan, maka lambat laun akan menjadi orang yang kalah. Pun dengan gerakan dakwah, dia harus memiliki kader yang solid, yang bisa diandalkan dan teruji militansinya, tidak mudah goyah dan luntur idealismenya hanya karena remeh temeh permasalahan hidup.
       Kader adalah aset termahal bagi sebuah gerakan dakwah (atau organisasi apapun). Jamaah atau organisasi yang memiliki kader-kader yang berkualitas, maka ia akan menjadi jamaah yang solid dan mampu membangun eksistensinya di tengah-tengah masyarakat dan mampu berperan aktif dalam rangka mewujudkan kesejahteraan dan kemashlahatan ummat.
       Bahkan sekaliber Nabiyullah dan Khalilullah Ibrahim Alaihi Salam pun, merasa risau saat usianya beranjak senja dan belum memiliki seorang putra pun untuk meneruskan estafeta dakwah yang diembankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
          Saat tak setitikpun harapan dan usaha serta ikhtiar telah maksimal dilakukan, maka senjata terakhirnya adalah doa. Bermunajat dan bermohon dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati kepada Allah, agar Allah mengaruniakan kepadanya anak keturunan yang shalih yang akan menjadi penerus dakwahnya, dalam bahasa lain, Ibrahim memimpikan dan berdoa akan datangnya seorang kader yang akan meneruskan dan mewariskan perjuangan dan dakwahnya. “Rabbi Habli Minasshalihiin” ‘Ya, Allah, karuniakanlah kepadaku generasi keturunan (kader) yang shalih’.
       Hingga lahirlah manusia-manusia (kader) militan dari sosok Ibrahim As, seperti Ismail, Ishak, dan Ya’qub, -yang semuanya menjadi Nabi- yang rela dan ikhlas menyerahkan harta, waktu, tenaga, bahkan jiwa dan nyawa demi untuk perjuangan menegakkan kalimat dan perintah Allah di bumi. Tak terbetik lagi dalam hati dan fikiran, tentang materi dan kenikmatan dunia, kedudukan dan kekuasaan, dan gemerlap serta daya tarik dunia, yang ada hanyalah bagaimana supaya menjadi orang-orang yang bisa mengorbankan semua yang ia miliki untuk Allah dan untuk agama.
        Bahkan ketika Ibrahim mengemukakan mimpinya untuk menyembelih Ismail yang ini merupakan perintah Allah SWT, Ismail menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Q.S Ash-Shaafaat : 102)
Tentu saja tidak mudah menghasilkan kader sekelas dan sekualitas Ismail. Diperlukan mujahadah dan pengorbanan yang sungguh-sungguh, tarbiyah dan tempaan yang maksimal, niat yang ikhlas yang bersih dari segala macam interes duniawi dan kebendaan, serta doa dan munajat yang kontinyu di hadapan Allah Yang Maha Segalanya. Sebagaimana doa Nabi Ibrahim,
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Q.S Ibrahim : 40)
      Shalat, yang merupakan doa Ibrahim agar anak keturunannya tetap konsisten untuk menegakkan dan mendirikannya adalah ciri sekaligus bukti bagi seorang kader dakwah. Shalat adalah media konsolidasi antara seorang hamba dengan Rabbnya, dengan shalat kita menyerap dan mengambil energi Rabbani yang akan mengokohkan dan menguatkan gerak dan laku kita sebagai khalifah sekaligus kader dakwah.
Shalat bukan sekedar ibadah, namun shalat merupakan sarana dan wahana pembentukan watak dan pembentukan mental (takwinul syakhsiyah) sebagai kader dakwah. Pendeknya, militansi seorang kader dakwah, bisa terlihat dari shalatnya. Jika bagus shalatnya (khusyu’, tuma’ninah, terpenuhi syarat rukunnya, sunnah-sunnahnya dll), maka bisa diharapkan bagus kekaderannya, hingga nyawa sekalipun yang dituntut oleh dakwah –seperti Ismail-, akan dia serahkan dengan ridha dan berkata Sami’na wa Atha’na. Allah Swt menerangkan dalam al-Quran tentang seorang pemimpin beserta kader-kader pengikutnya, 

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.”
(Q.S Al-Fath : 29)
        Jika kita bertanya, bagaimanakah kader dakwah sesungguhnya? Maka jawabannya adalah dia harus beriman kepada Allah serta beriman kepada Rasulullah SAW, dengan membenarkan apa-apa yang dibawanya tanpa keraguan sedikitpun dan meninggalkan apa-apa yang dilarangnya. Sekalipun Rasulullah memerintahkan untuk berperang dalam rangka membela agama Allah, maka tak ada celah untuk berkilah, dia harus pergi memanggul senjata dan mengibarkan panji Islam, menegakkan kalimah Allah di seluruh penjuru bumi. Jangan seperti ummat Nabi Musa, yang membiarkan Nabinya berperang sendirian, sedangkan mereka duduk-duduk menunggu dan bersantai-santi menanti kemenangan.
       Kader dakwah juga harus mempunyai sikap yang jelas, tidak ambigu apalagi hipokrit (munafik). Sikapnya tegas dan pasti terhadap kekafiran dan kebathilan, lakum diinukum wa liya diin. Apa-apa yang dihalalkan oleh Allah, ia halalkan, dan mengharamkan apa-apa yang telah diharamkan oleh Allah. Tidak pernah bermuka manis dan lemah lembut terhadap segala bentuk kekafiran, baik kekafiran beribadah, kekafiran berfikir dan beramal (seperti yang dilakukan oleh kalangan JIL), apalagi kekafiran aqidah.
       Sebaliknya sikapnya sangat lemah lembut dan penuh kasih terhadap saudara seakidah. Mempunyai toleransi (Tasamuh) yang tinggi dalam menghadapi perbedaan dari segi furu’iyah dan masalah-masalah khilafiyah. Senantiasa saling menolong (Ta’awun) dalam kebaikan dan ketaqwaan, bukan dalam hal keburukan dan kemaksiatan kepada Allah Swt. Suka berempati dan mudah memahami (Tafahum) kesusahan dan kesengsaran orang lain, serta saling menanggung (Tafa’ul) segala beban yang memberati pundak-pundak kaum muslimin. Sehingga tercipta kesatuan hati (Mu’allafatil Qulub), dalam simpul persaudaraan yang sangat kuat, yaitu Ukhuwah Islamiyyah.
        Seorang kader militan juga terlihat dari ibadahnya, senantiasa ruku’ dan sujud di hadapan Allah Swt dengan penuh ketundukkan. Apapun yang dikehendaki Allah Swt dari hartanya (Zakat, Infak, Shadaqah), dari waktunya (Silaturrahmi, menjenguk orang sakit), dari tenaga dan fikirannya (Saling bergotong royong, ide-ide konstruktif), bahkan nyawanya untuk berjihad di jalan Allah, ia jalani dengan ridha dan ikhlas hati.
Dengan satu niat dan keyakinan, Jika kalian menolong agama Allah, pasti Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian. Singkatnya, “Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.” (Q.S Al-Baqarah : 110)
Jika suatu jamaah sudah dipenuhi dengan kader-kader dengan karakteristik yang mengagumkan seperti di atas, maka jamaah tersebut akan menjadi jamaah yang terbaik di antara jamaah-jamaah manapun. Sebagaimana jamaah Rasul dan para shahabatnya, yang beliau definisikan sebagai sebaik-baik jamaah, sebaik-baik zaman. “Sebaik-baik zaman adalah zamanku, kemudian yang sesudahnya (Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in).” Wallahu A’lam.

Oleh Sholeh Ibnu Munawwir

Minggu, 22 Mei 2011

Harapan Kebangkitan


“Cukup sudah negeri ini tersayat oleh keterpurukan, tak kan ada lagi kata kemaksiatan, hujatan, dan  cukup sudah negeri ini luluh lantak oleh tangan-tangan pragmatis. Hari ini, Ibu Pertiwi akan tersenyum, menyaksikan pemuda-pemuda yang dikandung rahimnya tumbuh dengan membawa segenggam harapan, harapan perubahan dan bangkitnya tonggak  peradaban! Sejahtera dalam kekuatan;sejahtera dalam ke-madani-an.

Pemuda adalah nakhoda, agent of change, konstruktor peradaban, pelopor kebangkitan. Ku yakin telingamu sudah sangat akrab dengan kalimat-kalimat seruan semacam itu. Namun kawan, jika ku cerna dan coba ku terjemahkan arti kebangkitan, merefleksikannya dengan kondisi negeriku saat ini, semakin tidak percaya betapa pahitnya  kebangkitan itu. Gamang ku katakan,  adakah hal lain yang lebih pahit dari yang namanya kebangkitan?   Apakah ini yang namanya  kebangkitan hakiki, ataukah hanya jargon-jargon yag menjadi sampul kesengsaraan?
Aku tidak tahu sudah berapa lapis generasi pemuda yang mewarisi kebangkitan semacam ini. Namun dikala estafet ini bergilir ke generasiku, membuatku sadar bahwa sangat banyak yang harus dibenahi. Saat ini aku berani menjamin, kalau tujuan estafet kebangkitan ini tidak akan bisa tercapai hanya dengan “berkritis ria”, hujat sana-sini tanpa berbuat apa-apa. Terlebih lagi jika aku dan kamu hanya diam berpangku tangan kawan. Aku berani jamin , kebangkitan ini hanya aka menjadi isapan jempol belaka, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.  
Bukan aku berbicara kosong tentang arti kebangkitan yang kosong,  tapi data-data konkret tersebar di sekelilingku dan di sekelilingmu. Mereka hidup, dan mereka pun berbicara kebangkitan. Inilah meraka:

Acap kali aku melintas dari arah timur sudut kampusku. Setiap hari pula, terulur salam [plus] kaleng perak berkarat yang disuguhkan seorang nenek berpenutup kepala  lusuh,   berdiri di tepi jalan tak kenal terik sambil berharap ada satu-dua orang yang menyisihkan rezeki untuk mengisi kaleng peraknya. Sekali lagi, ia adalah seorang perempuan tua yang ku taksir umurnya tidak lebih muda dari 60 tahun-an.

Selasa, Maret 2011. Di terminal, Aku bersama sahabatku sedang menunggu barang titipan yang tak kunjung diantar. Tiba-tiba  seorang wanita paruh baya yang membawa tas hitam menghampiri kami berdua. Wanita tersebut menjelaskan perihal dirinya yang baru saja kecopetan. Wanita tersebut kemudian meyakinkan kami berkali-kali dan memohon  belas kasihan untuk memberikan uang 5 ribu rupiah agar dirinya bisa pulang. Tidak mau berlama-lama dan memang dihampiri rasa iba, temanku pun memberikan sesuai tuntutan sang wanita. Belum berselang begitu lama, kami melihat wanita tersebut bukannya pulang, tapi malah melakukan hal yang sama terhadap beberapa orang yang lewat di daerah tersebut, modusnya sama “kecopetan”.

Hari ini, di negeriku, setiap lembaga yang berdedikasi untuk memberantas korupsi tak hentinya “digoyang”. Tahanan berduit seenaknya keluar-masuk penjara,  malam di bui, siang sudah di Bali.  Si dia yang “sudah terlanjur jadi idola”, mengundang empati meskipun senang berzina. Pak polisi disiplin di kantor, di jalanan “malakin” mahasiswa yang tak berhelm dan tak ber-STNK. Belakangan, bom meledak tak kenal tempat, mulai dari kafe para hedonis hingga masjid para ulama. Pemimpin tak dihormati rakyatnya. Rekruitmen kader negara dalam negara tak kunjung dihentikan, korban pun terus berjatuhan, nyawa dan uang jadi taruhan.
Itu semua realita kawan, realita kebangkitan. Hanya saja, ini kebangkitan versi siapa? Aku lebih senang menyebutnya ini kebangkitan versi lama. Sudah terlalu lama dan usang. Oleh sebab itu kawan, mari merancang konsep kebangkitan kita yang benar-benar baru. Konsep kebangkitan versi kita, versi generasi muda abad 21:
“Cukup sudah negeri ini tersayat oleh keterpurukan, tak kan ada lagi kata kemaksiatan, hujatan, dan  cukup sudah negeri ini luluh lantak oleh tanga-tangan pragmatis...Hari ini, Ibu Pertiwi akan tersenyum, menyaksikan pemuda-pemuda yang dikandung rahimnya tumbuh dengan membawa segenggam harapan, harapan perubahan dan bangkitnya tonggak  peradaban! Sejahtera dalam kekuatan; sejahtera dalam ke-madani-an.


Sabtu, 21 Mei 2011

PUSKOMDAYS

                      Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan PUSKOMDAYS insya allah akan dislenggarakan pada hari Jum’at-Ahad, tanggal 3-5 Juni 2011 bertempat di Kampus Darmaga, Institut Pertanian Bogor

        Bentuk Kegiatan
·         Stadium General
Mengangkat tema Potensi Indonesia dalam restrukturisasi Dunia Internasional/Nasionalisasi Indonesia dalam Kancah Internasional.

·         Sharing Grand Design FSLDK Indonesia
Sharing Grand design FSLDK menjelaskan mengenai Arahan Puskomnas dalam hal Grand Design-nya sehingga menjadi Brain Storming masing-masing komisi dalam rapat dan pelatihan masing-masing komisi nantinya.

·         Rapat Komisi
Rapat komisi diawali dengan FGD (Focus Group Ddiscussion), dimana FGD membahas Grand Design yang disampaikan saat Sharing di awal. Dalam hal ini, sudah di bagi masing-masing komisi, yaitu komisi isu, komisi LDK dan Komisi Humas

·         Sekolah LDK
Meliputi:
1.      Sekolah Rekruitmen & Pertumbuhan LDK disampaikan oleh komisi P2LDK Puskomda
2.      Sekolah Penyikapan Media & Creatif Aksi disampaikan oleh komisi PKIN Puskomda
3.      Sekolah ADK Kompetensi & Penokohan disampaikan oleh komisi Humas Puskomda
4.      Sekolah BSN diperuntukkan bagi Calon Tim BSN BP Nas
5.      Sekolah Mentoring bagi Badan Mentoring BP Nas
6.      Training For Trainer (Calon Trainer PMLDK Daerah)

·         Sekolah Dunia Islam ( BK Isu Dunia Islam )
Seluruh peserta digabung kembali. Untuk konsep sekolah Dunia Islam, pemateri beberapa menit menyampaikan materi mengenai keadaan dunia islam saat ini kemudian pemaparan secara teknis di lapangan mengenai teknis Jaringan Donasi Nasioanal sehingga untuk masing-masing Puskomda, mempunyai Tim JDN Daerah yang di PJ kan ke Komisi A tiap-tiap Puskomda dan berkoordinasi langsung dengan BK Isu Dunia Islam.
 
·         LDK Mandiri secara Finansial
Semacam training untuk membahas konsep mengenai teknis pencarian dana

·         Jambore ADK Nas dan Kordinasi FSLDK – Kord JRMN
·        Lounching Buku Panduan Muslimah, Kaderisasi Nasional oleh Pusat Komunikasi Nasional, LDK Birohmah Unila, juga Lounching SC FSLDK Nas
·         Reward Puskomda terbaik  masing-masing komisi ( Puskomnas )
·         Penutupan 

Keterangan Lebih lanjut dapat didownload di sini (proposal PUSKOMDAYS)

Sabtu, 14 Mei 2011

Sikap FSLDK terkait peringatan HUT Israel di Jakarta


Bismillahirahmanirrahim

Sikap FSLDK terkait peringatan HUT Israel di Jakarta :

  1. Menolak dengan keras perayaan HUT Isreal di Indonesia. Karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Isreal dan Israel adalah negara penjajah yang bertentangan dengan dengan Pembukaan UUD 1945.
  2.  Menolak segala bentuk ekspresi pernyataan pikiran dan sikap yang dapat menimbulkan keresahan sosial dan konflik horizontal dalam kehidupan beragama di Indonesia.
  3.  Menyerukan kepada seluruh LDK untuk melakukan aksi solidaritas untuk Palestina pada tanggal 15 Mei 2011 sebagai peringatan terhadap peristiwa hari An Nakbah.
Refleksi Perjuangan Pemuda Palestina
Dalam Konteks Kebangkitan Perang Salib

By : BK Isu Dunia Islam FSLDK

Perjuangan pembebasan palestina dari cengkeraman Zionis digelorakan oleh berbagai pihak. Berbagai macam sarana perjuangan digunakan, diselenggarakan, dan diusahakan untuk dikonsistenkan. Berbagai upaya itu menghasilkan efek dan hasil yang berbeda untuk akumulasi nilai perjuangan. Ada yang berdampak sangat signifikan, namun ada juga yang menyumbang batu bata kecil dalam kerangka bangunan peradaban. Semua tidak ada masalah. Semua sah. Semua mampu membuat kaum Zionis gelisah. Namun sudah saatnya kita berfikir lebih strategis, karena yang menjadi tujuan kita bukan sebuah heroisitas, bukan sekedar respon non-permanen tanpa desain.
Sejarah menyediakan pengetahuan bagaimana cara memenangkan sebuah pertempuran. Sejarah memberikan pelajaran tentang perilaku yang akan mengantarkan umat Islam dalam pahitnya jurang kekalahan. Maka kita harus berguru pada sejarah untuk mendapatkan ruh kebangkitan. Shalahuddin Al Ayyubi adalah salah satu contoh sosok yang didaulat sejarah untuk menjadi sebuah pahlawan dan dari sana lah umat Islam dapat mengambil intisari nilai-nilai perjuangan.
Kehadiran sosok Shalahuddin Al Ayyubi selama ini selalu dielu-elukan dan diimpikan. Seolah semuanya akan mampu untuk diselesaikan. Padahal kebangkitan umat Islam dalam Perang Salib bukan hanya milik perorangan. Shalahuddin Al Ayyubi bukan sosok tunggal penentu nilai perjuangan. Kompleksitas permasalahan umat Islam pada masa itu, dapat disamakan dengan kondisi sosial politik umat Islam yang ada sekarang, perpecahan antar golongan, pertengkaran antar madzhab dan berbagai intrik perebutan kekuasaan. Maka upaya persatuan adalah hal paling urgen untuk dilakukan. Disinilah peran ulama yang dimotori Imam Ghazali dan Abdul Qadir Jailani menjadi penting untuk kita tinjau dan pelajari. Upaya penyadaran umat Islam akan adanya musuh bersama menjadi landasan perjuangan yang bisa kita ikuti.
Persatuan umat Islam adalah sistem yang satu dan kehadiran Shalahuddin Al Ayyubi sebagai pemimpin adalah sistem yang lain. Sinergitas kedua sistem itulah yang umat Islam sekarang perlukan. Maka kita harus mampu memposisikan diri secara proporsional, apa yang bisa kita lakukan, dan sosok mana yang bisa FSLDK hasilkan.

Pembantaian di Bulan Mei

           Apa yang terlintas di benak kita ketika diminta untuk menyebutkan  peristiwa  atau kejadian yang terjadi pada bulan Mei? Mungkin akan ada yang menjawab peristiwa tersebut adalah Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei. Atau yang lebih fenomenal yaitu tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional yang menandai berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1908. Selain itu mungkin ada yang menyebutkan Hari Buruh sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Mei. Biasanya hari tersebut diperingati dengan unjuk rasa oleh para pekerja di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Bulan Mei mungkin juga dikaitkan dengan Hari Reformasi yang menjadi saksi atas tumbangnya rezim Soeharto pada tanggal 21 Mei tahun 1998. Itu beberapa peristiwa yang lazim diketahui oleh bangsa kita.

          Namun taukah Anda peristiwa ‘Uyun Qaara? Atau peristiwa Naashiruddin? Pasti peristiwa ini asing terdengar oleh telinga kita. Maklum, peristiwa ini memang tidak terjadi di Indonesia tetapi terjadi di tanahnya para nabi yaitu di Palestina. Dua peristiwa itu merupakan tindakan biadab zionis Israel yaitu pembantaian terhadap saudara-saudara kita di Palestina. Peristiwa Naashiruddin adalah pembantaian yang terjadi pada tanggal 13 Mei 1948 di desa yang terletak di dekat Thabriyah. Pada peristiwa ini Israel  sangat licik. Mereka mendatangi perkampungan tersebut dengan menggunakan pakaian Arab. Ketika penduduk setempat berbaik hati menyambut kedatangan mereka dengan hangat, mereka justru memberikan sebuah “hadiah” kejutan. Yaitu pembantaian tanpa ampun yang merenggut nyawa semua penduduk yang tinggal di kampung tersebut.

             Selanjutnya pada tanggal 21 Mei 1948 panser-panser menyerbu desa besar bernama Bait Darais di sebelah timur Gaza. Panser-panser itu membabat habis semua penduduk desa tersebut dengan cara membunuh, meledakkan dan melindas penduduk. Termasuk anak-anak, perempuan, dan orang tua. Pembantaian lain yang terjadi pada bulan Mei adalah pembantaian ‘Uyun Qaara (dekat Tel Aviv). Tepatnya terjadi pada tanggal 20 Mei 1989. Seorang tentara Israel menembakkan senjata mesinnya ke tengah-tengah sekelompok pekerja palestina yang sedang berkumpul. Tujuh orang tewas seketika dalam serangan tersebut.

                Selain beberapa peristiwa di atas, pada tanggal 14 Mei 1948 David Ben Gurion memproklamasikan berdirinya sebuah negara Yahudi di tanah Palestina yang disebutnya dengan nama Israel. Sontak hal ini membuat negara-negara Arab naik pitam kala itu. Karena mereka mendirikan sebuah negara di tanah bangsa lain. Peristiwa ini juga yang merupakan awal bencana besar kemanusiaan di Palestina dan ancaman bagi kedamaian di dunia.

         Selang sehari yaitu tanggal 15 Mei 1948 terjadilah pengusiran terhadap 700.000 rakyat Palestina. Peristiwa inilah yang dikenal dengan hari Nakbah atau hari bencana. Israel Memaksa mereka untuk mengungsi ke negara-negara tetangga yang berbeda. Tentara penjajah Israel itu menyapu hampir 500 desa Palestina dan kota-kota dari peta, dan mereka menjadikan sekitar 4,7 juta menjadi pengungsi dan hanya bisa bermimpi untuk kembali ke tanah air mereka sejak lebih dari enam dekade kemudian. 

           Penyerbuan terhadap kapal Mavi Marmara oleh zionis Israel juga terjadi pada bulan Mei. Tepatnya 31 Mei 2010 saat waktu subuh. Terjadi satu tahun yang lalu. Rombongan dalam kapal tersebut yang disebut dengan Freedom Flotilla  dibantai oleh pasukan keji zionis. Tercatat belasan orang tewas puluhan orang mengalami luka dalam serangan biadab tersebut. Padahal kita tahu bahwa kapal tersebut membawa misi kemanusiaan untuk memberikan bantuan terhadap warga Gaza yang telah diblokade oleh Israel.